PoEmS…
Delapan Gangsing
Tcamy
(2008-2000)
Hanya Sebuah Keluhan
Tak lengang dari matanya ketika aku sendirian
Tak bisu dari bibirnya ketika aku kelelahan
Aku anak pembelot yang mudah dituduh banyak alasan
Aku bukan raja yang bisa mencoret kebohongan
Tak ada kesempatan untuk MEMBANTAH
Katanya aku selalu SALAH
Bukan seperti api yang merambah
Lalu orang berteriak MUSIBAH !!!???
Gadis manis tersayang berwajah ramah
Tersandung jeratan masalah dalam hati dalam darah
Paras dewi menutup setengah gelisah
Kemalangannya terpendam tak tertumpah
Tc, 2008
Dewi Sore
Dewi sore
Bukan matahari bukan juga bulan purnama
Dewi sore
Siapa dia??
Tak pernah ada metafora dari pujangga-pujangga cinta untuknya
Tak pernah ada deskripsi dari penulis-penulis cerita romantis untuknya
Belum pernah kudengar ada ungkapan mesra dari laki-laki penggoda untuknya
Belum pernah kulihat ada lukisan sensual dari pelukis-pelukis ternama untuknya
Aku hanya ingin memuji Sang Dewi Sore
Bukan di langit bukan di bumi
Hanya sebuah ketenangan hati
Tak ada terik tak ada gelap
Dimana bunga-bunga tumbuh
Semilir angin dan beberapa tetes hujan jatuh
Anak-anak berlarian
Senda gurau bercumbuan
Dewi Sore, mengayun cantik berhias pelangi
Menimbun debu di siang hari
Menyambut bintang di malam hari
Membawa embun di pagi hari
Dewi sore melukiskan mata air kehidupan
Mengalirkan kelelahan menanti tujuan
Tak ada satu kata yang dapat terlukiskan
Seperti Dewi Siang dan Dewi Malam
Tc, 2008
Pulau Dewata
Seraya hatiku meninggalkan panas mendera
Tersimpan jutaan rahasia Sang Pencipta
Wanita telanjang terlukis di hamparan Kuta
Berserakan pemijat raga di pinggir kota
Menyantap nasi berantakan di putaran patung kuda
Memotret hamparan air hijau beriak mesra
Bau menyan menusuk Jimbaran di hari buta
Ukiran pura menyanggah penari baris nan perkasa
Brahmana dan ksatria duduk bersila
Teringat ghada Bima Mahabarata
Penerus cinta-cinta Ramayana
Secantik senyuman Sang Dewi Sinta
Drupadi mulia nan bersahaja
Cantik jelita terpuja raja-raja
Berputar peluh keringat memohon pertolongan Krisna
Manjaga kesucian harkat wanita
Derita nyawa dengan sejuta cerita
Meledak ancaman kematian para pengelana
Sejarah terjuntai di haribaan dunia
Menatap pedih pasir putih Pulau Dewata
Tc, 2008
GULANA-ku
Merepih kelelahan dalam hati gundah penuh sakit hati
Menanti sang pengecut berjiwa banci
Mengalahkan rasa rindu yang terdalam dengan emosi
Bukannya aku tidak cinta namun rasanya sudah MATI
Lelaki kecil bertatapan lemah berjiwa penyerah
Tenggelam kala sang surya membuai dan merebah
Kata-kata manis dibalut buaian indah
Menjadi kotoran di ujung hati seperti SAMPAH
Hanya orang bodoh yang mau menanggung malu
Merasa terpenjara seumur hidup tanpa rayapan benalu
Risau menjelma menjadi ungkapan hina dan ragu-ragu
Berjuang mempertahankan kemesraan yang tak berbau
Cincin permata bertahta di jemari nan lentik
Merasakan kecupan dalam nyawa seorang gadis cantik
Hambar pujian tertinggal pergi tanpa berkutik
Luluh lantak berkeping-keping pecah dalam satu detik
Manisnya buaian kanda bertopeng aura
Mencabik rasa membelah kehengingan nyanyian gembala
Tubuh dan lidahku kini telah mati rasa
Tak akan pernah memaafkan ia yang telah mencerca
Tc, 2008
Ayam
Meronta ketika manusia menangkapnya
Petok… Petok… Petok… Begitulah bunyinya
“Lepaskan aku tuan!?” Pintanya namun ia tak bisa bicara
Gelagapan ketika ayat Tuhan dilafalkan kata demi kata
Ayam terdiam pasrah dan memejamkan mata
Aku rela…
Di penggal kepalanya
Mengucur darahnya
Tanah subur akar mekar batang tumbuh dan daun bersemai mesra
Nyawanya sudah sampai di angkasa
Terbang dengan sayap Malaikat pencabut nyawa
Tubuhnya dikuliti
Bulunya dicabuti
Dicuci dan dijual di pasar Kemiri
Aku gembira, kata ayam berseri-seri…
Untuk manusia aku korbankan telur dan nyawa sendiri
Hiduplah sejahtera dengan pengorbananku
Didiklah anak-anak menjadi orang berilmu
Namun peliharalah anak-anakku
Jangan biarkan kaumku mati menjadi abu
Jagalah lingkunganmu…
Jangan sampai teman-temanku terkena flu!?
Tc, 2008
Bahagia dan Petaka
Merajut perasaan tak henti-henti di ambang bandara
Lukisan perpisahan bersama burung raksasa bermesin mencuat ke angkasa
Sukma jiwa dan raga bergelora tak merepih di tembok pipih berjendela
Melihat cakrawala nan bersendawa menciptakan gelegar murka
Langit menangis munuduh asap mengancam keselamatan burung-burung surga
Sayap mati patah tertabrak bongkahan besi perkasa
Alangkah mulia pencipta dunia nan megah menghampar di bawah kejora
Mata angin memanah tepat di atas desir pulau tak bernyawa
Kuasa hanya Engkau yang Terpuja
Selaras doa hutan dan hujan bersimpuh melepas riuh Sang Maha Kuasa
Tc, 2008
Keluhanku
Mengapa dia tidak mengerti keadaanku
Padahal ia tau aku butuh dibantu
Kata-kata cinta kini hilang tak berbau
Terjungkil menggelinding tertabrak batu
Mungkin aku tidak cantik
Tapi ia mencintaiku tanpa berkutik
Bukan dengan syarat atau muslihat licik
Ia mengejarku lalu berbalik
Aneh memang jika ku ingat betapa bangganya ia
Sinar matanya memaksakan cinta yang teraniaya
Menjadi pendampingku adalah upaya mulia
Namun ternyata jiwanya tak bahagia
Ternyata aku masih saja terus menangis
Menahan pedihnya penghinaan hingga teriris-iris
Nyaliku hampir terancam pesimis
Tak bisa beralih namun tak’kan pernah mengemis
Tc, 2008
Kunang-kunang
Berdua bersamamu membuat bahagia bukan kepalang
Tersemai kegalauan ketika ragamu menghilang
Nampaknya cerita Romeo dan Juliet tak terikat menjadi benang
Keegoisanmu memecah kepala dingin menjadi panas
Alangkah munafik sikapmu yang berkilat seperti emas
Keluarga yang mencinta kau anggap hilang tak berbekas
Baru kali ini ku temui SAHABAT terhebat
Membelenggu perasaan dengan cacian dan suka mendebat
Batupun tau kamu selalu bicara di balik muslihat
Buat apa kita bertemu jika akhirnya hanya membenci
Tuhan izinkan kita berseda gurau dengan besarnya muara hati
Kini jalinan itu terlepas dan tak ku harapkan untuk kembali
Tc, 2008
—
Bagaimana caranya melepas gundah tanpa perpecahan
Aku ingin bebas namun akan tetap bertahan
Memang sedari dahulu aku berjalan sendirian
Namun ia datang dan sekarang meninggalkan
Rahasia alam tidak ada yang pernah tau
Menatap indahnya pemandangan dalam hati bertaut rindu
Bertamengkan harga diri namun aku tak keliru
Rencana lama yang tersusun kini hancur seperti abu
Lencana berharga menghias kain indah penuh warna
Wajahku terkotori oleh bayangan sang pencinta harta
Ia tak pernah pantas singgah dalam darah ayah dan bunda
Membalikan fakta untuk membela harkat dan harga
Tc, 2008
Gadis Manis dan Bocah Lelaki
Gadis manis berkepang dua membawa keranjang naik sepeda
Bocah lelaki bergigi jarang mengejar bola sambil berlari
Gadis melirik tertawa resah menggigit bibir menangkap bola
Bocah lelaki terdiam sepi melihat gadis kaget sendiri
Gadis tersipu memutar jari menghela nafas pejamkan mata
Bocah lelaki berjalan pelan melangkah gagah percaya diri
Gadis manis tidak kuasa berbalik badan menahan tawa
Bocah lelaki mengejar cepat memanggil gadis mencuri hati
Bola dipegang tertawa riang gundah gulana jinjing sepeda
Keranjang goyang stang dipegang tangan digenggam bocah berseri
Gadis malu duduk di belakang merunduk dalam pulang bersama
Bocah bahagia mengayun sepeda mengantar pergi sambil bernyanyi
Tc, 2008
—
Ada ia yang ku cintai dulu
Ia sangat kucintai dulu
Sekarangpun masih sama seperti dulu
Aku bermasalah dengan masa lalu
Masa lalu hanya akan menjadi masa lalu
Dulu bukan sekarang
Masa lalu bukan masa depan
Aku hidup di masa lalu
Tanpa harus mengingat masa lalu
Aku akan hidup untuk masa depan
Melupakan masa lalu
Untuk masa depan
Tc, 2008
Just For You
Nice… Kamu Baik sekali
Aku sangat berterimakasih
Hatimu putih bagai embun murni
Membuatku tidak pernah merasa risih
Sahabatku nan baik hati
Jadilah kamu lelaki pemberani
Kejarlah kekasihmu suatu hari nanti
Gadis cantik yang mencintaimu dengan sepenuh hati
Kamu jangan bersedih
Kebahagian itu ada di belakang
Jangan pernah menyerah dan merasa terkekang
Karena kamu sangat pantas jadi pemenang
Jangan lagi kamu patah hati
Senyumu berikanlah untuk ia yang menanti
Bahagiakan ayah dan ibumu sebelum mereka pergi
Jadilah anak yang berbakti
Sahabatku nan baik hati
Aku akan berjuang sendiri
Kamu jangan pernah merasa sepi
Untukku kamu sangat berarti
Tc,2008
—
Mungkin tak akan ada yang kucinta seperti dia
Wajahnya selalu ada dalah hati bahkan dalam jiwa
Munafik jika aku berkata lupa
Hanya bersamanya aku menjalani banyak cerita
Aku rela mati demi dia, dulu…
Aku rela menahan sepi demi dia, dulu…
Aku selalu cemburu pada semua wanita, dulu…
Aku begitu bangga dan percaya, dulu…
Aku pernah kecewa namun kini aku tertawa
Rasa rinduku akan hilang ketika aku pergi berpetualang
Tuhan, maafkan dia
Jauhkanlah dia dari hatiku…
Aku ingin bahagia tanpa dia
Aku akan memaafkannya, selamanya
Aku akan menjadi wanita penuh canda tawa
Tuhan, datangkanlah padaku seorang ksatria
Aku akan coba mencintai seseorang yang terbaik
Menghargai segala usaha yang ku anggap perkasa
Aku mohon pertemukanlah aku dengan ia
Aku telah siap menjalani cinta dan derita bersamanya
Tc, 2008
MAMA
Untaian kata mutiara ku rangkai sempurna untuk mama
Sungguh tak ada kata dosa jika mama mau menganiaya
Mama merawatku sejak belum bernyawa sampai dewasa
Kerut mata mama membawaku dalam tangisan tanpa suara
Mengapa mama tidak pernah mengerti
Terlalu sulit untuk menjadi anak berbakti
Hati ini sering sakit namun akan ku tahan hingga mati
Rasa cintaku terlalu besar dan tak mungkin terkhianati
Wajah mama seperti purnama penerang cinta
Aku memuja mama tanpa berpura-pura
Ketika mama terlambat aku tak bisa tertawa
Ketika mama datang aku pasti lega
Mungkin mama tak akan pernah mengerti
Betapa aku sangat mencintai mama sepenuh hati
Aku memang tak suka bicara dan mempersoalkan materi
Namun percayalah aku selalu mencoba menjadi tau diri
Mama hanya tau aku ceroboh
Buang-buang uang dan tak pernah punya waktu luang
Namun jika Tuhan menghendaki aku pergi
Aku tak akan pergi sebelum mama kembali
Cintaku untuk mama mungkin bisa ku tukar dengan raga
Sama seperti mama yang mencintaiku dengan bertaruh nyawa
Aku memang tidak bisa langsung bicara
Namun lewat sajak ini aku berkata… Aku sayang pada mama… Tc, 2008
—
Alam, bagaimana sebenarnya warnamu?
Aku ingin lekas besar agar bisa berdiri di ujung bukit
Mungkinkah hembusan angin yang dingin itu bernama ceria?
Seperti yang kurasakan ketika kita naik rakit
Anakku, dunia itu berwarna maya
Banyak yang tertawa banyak yang menjerit
Cepatlah besar agar kau mengerti rasanya menjadi setia
Memberi senyuman terindah walaupun hati terasa sakit
Aku adalah perasaan ternikmat bernama bahagia
Wujudku tak terlukiskan oleh matahari tenggelam atau bulan sabit
Tubuhku memeluk mahluk nan percaya
Tunggulah senyum manisku ketika kau merasa pahit
Bahagia, apakah kau akan memeluk tubuhku yang tak berdaya?
Begitu sulitnya untuk ibu menahan tatapan-tatapan sengit
Mungkinkah ia bisa tersenyum dan membimbingku menjadi mulia?
Di tengah kegelapanku ketika menatap langit
Aku akan terbang bersama penguasa juga ia yang teraniaya
Jangan takut jika kamu terlahir dengan kesempurnaan yang sedikit
Tuhan mengerti hati penuh cinta asalkan kamu percaya
Aku akan menjadi sahabat jika kamu berjuang untuk bangkit
Tc, 2008
—
Mengapa sulit sekali menjadi cantik
Taruhannya adalah kemurahan hati dan keimanan yang terusik
Membuka sebagian tubuhku bukan keinginanku untuk dinilai menarik
Aku juga tidak suka jika keputusanku terus di kritik
Cantik untuk wanita memang seperti syurga
Dipuja dan dicintai banyak pria membuat raga merasa menjadi idola
Jika sudah terpecah dua hanya kebingungan dan tangisan yang terkata
Wanita terlalu sulit untuk diterka
Sebenarnya siapa wanita tercantik di dunia?
Mengapa cemburu selalu melanda sesama wanita?
Tak ingin kekasihnya melihat kulit mulus dengan pakaian terbuka di bagian dada
Tapi mengapa wanita saling menyikut untuk menjadi sempurna?
Aku wanita
Ingin sekali aku menjadi cantik
Uangku mengalir deras tanpa dikritik
Namun apakah aku bisa menjadi lebih cantik?
Dunia ini penuh dengan banyak wanita cantik
Hampir semua wanita berusaha menjadi cantik
Paling tidak wanita memang ingin di puja oleh dunia
Tapi apa rasanya jika terlalu sering terlena?
Menjadi biasa bukan sebuah kesalahan
Yang terpenting wanita tidak ditinggalkan teman
Semua wanita butuh bicara dan di dengar
Jangan lagi terlena dengan rayuan dan jangan pernah meremehkan kekurangan
Tc,2008
YOGYAKARTA
1992
kunjungan pertama kali lekat tak terhenti
Di ingatan gadis usia tujuh menghantuinya untuk kembali.
Sajian bubur sum-sum dan kelapa manis alun-alun
Tak mampu mengekang penasarannya untuk tak membeli
Ukiran bambu yang mengikat bahu
Menusuk perasaan iba pada sang ibu penjaja jamu
Istana tanah Jawa memikat mata
Sampai terpana dan menganga.
Nyanyian gending menggiring dansa
Selalu teringat mengiang di telinga
1996
Kunjungan kedua kali
Menangis gadis kecil usia sebelas mengantar kakak pergi
Tak terasa panas menyengat hati
Menuai butiran sepi meninggalkan merpati
Buah semangka gelondongan berdesakan di dalam peti
Manis, terasa seperti tebu peras yang baru diuleni
Kulihat seliweran pemuda pemudi berbudi pekerti
Berjalan gagah mendaftarkan diri menjadi mahasiswa berprestasi
Mampir ke Bantul membeli geplak berwarna-warni
Kembali ke Jakarta membawa sebungkus kantung butir kenari
1997
Kunjungan ketiga kali
Mengikat lidah gadis usia sebelas menjelang duabelas
Nasi lele murah seharga dua setengah
Teh manis hangat gratis gula merah
Duduk tenang di dalam bis peminum solar
Bersama kakak mengelilingi kota Jogja pukul delapan malam.
Membeli rempeyek mbo tumpuk dan bakpia patuk
Menghilangkan rasa ngantuk sambil makan getuk
Belajar bermain gitar di balkon kos-kosan
Menghirup udara segar
Ditemani syomai dan es cingcau
1999
Kunjungan keempat kali
Tumbuh cemburu di lubuk gadis usia empatbelas
Dalam bis pariwisata bersama teman sekelas
Pria idaman berdampingan dengan gadis centil dan pemalas
Berjalan menyusuri pantai Parangtritis
Bersama turis-turis mengencangkan paha dan betis
Membeli sate, dawet ayu dan petis
Menginap dua malam sambil belajar bahasa Inggris.
2005
kunjungan kelima kali
Ada bahagia tak terkira
Menerpa gadis usia duapuluh
Bersama ia yang tercinta
Losmen tingkat dua bercat hijau muda
Tempat beristirahat setelah berkelana.
Kaki kekar besar, badan rentan
Membungkus aura pekak penarik becak
Kilau mentari memantul di aspal panas
Mengeras menghempas rasa lemas
Permadani para pedagang
Menghampar panjang berserakan sepanjang jalan
Kota nan ayu mengalunkan lagu merdu
Dari musisi lesehan yang pemalu.
Entah…
Terukir pasti tanpa cela
Segala kenangan mesra di kota sepasang mata bola
Kini…
Hati gadis usia duapuluh dua selalu ingin tiba
Menata masa depan di YOGYAKARTA
Tc, 2007
—
Hatiku tenang, fikiranku menerawang
Cintaku ngambang, perasaanku bercabang-cabang
BIMBANG
Aku bunga yang dihinggapi banyak kumbang
Mereka gemilang bagai ksatria penangkap elang
KEKANG
Seperti cenderawasih yang sedang mengibaskan sayap
Aku bernafas megap-megap
PENGAP
Buih putih melesat meluap-luap
Anganku teraniaya sulit meratap
LENYAP
Buta, tuli, sulit bergerak
Jiwaku telah diacak-acak
RUSAK
Terisak menangis sampai serak
Jariku mencabik lapisan kerak
MUAK
TC, 2007
—
Disini terlanda badai sakit hati
Mata buta lukai perasaan sendiri
Aku gadis bisu yang terlalu munafik
Yang tak mampu bicara tentang hak kasih sayang
Perlakuan manja ia yang mulia
Ia yang mencintaiku
Ia tak mengertiku
Aku mampu berbicara
Tapi tak berani berkata
Aku seorang pengecut hidup
Jika memang salah maafkan Aku
Tinggalkan Aku dan
Biarkan Aku bersama jalan hidupku.
Tc, 2007
AKU
Terlahir ragaku di tempat sejuk dan sepi
Malam yang larut menunggu azan berkumandang lagi
Owek… Owek… Gadis kecil lahir dalam balutan darah
Tanpa gigi bibirku menganga menangis minta di manja
Belaian hangat ayah nan gagah membuatku terpejam
Pangkuan lembut ibunda menyapa tubuh mungil tak bertenaga
Hanya buaian canda menggelitik kulit lembut rawan kerut
Meminta air susu dengan ciuman lembut di bawah kelambu
Aku hanya meronta tanpa daya sendiri di malam hari
Kuraih gerigi kayu bertahta boneka sambil mananti
Senyumku terkembang lalu orang-orang bertepuk senang
Nona kecil tidur di pangkuan berselimut doa
Membuka mata esok hari menyambut mentari di balik jendela
Tc, 2007
Perempuan Malam
Menanti bus kota jam sebelas malam
Perempuan resah di depan makam
Hujan deras angin kejam
Menunggu hampir satu jam
Lelaki hidung belang tak ada di gang
Angin malam bikin meriang
Lelaki kaya buru-buru pulang
Kalau telat takut di tendang
Perempuan muram
Menangis tengah malam
Ibukota kejam
Takut terancam
Perempuan malang
Berjalan tenang
Terlilit hutang
Tak bisa pulang
Tc, 2007
—
Bintang kejora berkedip mesra
Tulisan canda para pencinta
Hati patah tak bicara
Bungkam sinaran perca-perca
Tubuh pecah bingkai kaca
Beri cahaya bukan cahaya
Jantung dingin mati rasa
Gembira puja air raga
Tutur kelabu muka murka
Limbah cinta tak terduga
Larik lupa hantar nada
Suara sumbang tanpa nuansa
Bintang kejora berkedip mesra
Tulisan canda para pencinta
Hati patah tak bicara
Bungkam sinaran perca-perca
Tc, 2007
Cerita Cinta
Cerita ini cerita lama
Gadis kecil yang jatuh cinta
Pergi tamasya ke Jogjakarta
Bersama keluarga naik kereta
Mata melihat anak jejaka
Tak berani bertanya nama
Gadis kecil jatuh cinta
Menatap malu sambil tertawa
Jejaka itu bermata bola
Tangan di atas membawa jala
Entah ia pergi kemana
Menyebrang jalan pakai sepeda
Gadis kecil jatuh cinta
Tak henti-henti tatap jejaka
Sampai hilang di ujung mata
Gadis kembali ke kereta
Tc, 2007
Bunda
Aku ingin ia menjadi sahabatku
Aku ingin ia tak menduga-duga
Menatap mataku dan berkata
“Apakah kamu sedang jatuh cinta?”
Aku ingin ia mencium keningku setiap malam
Aku ingin ia berjalan bersamaku dan merangkul pundakku
Mengusap rambutku dan berkata
“Bunda sayang padamu !?“
Bunda, perempuan lembut dengan senyum yang merekah
Bunda, seperti bidadari malam yang menemani gadis kesepian
Bunda, Sang pembaca hati dan penenang segala resah
Bunda, Sang pemberi nafas lewat darah kehidupan
Aku ingin merunduk, menangis dan bersujud
Menggengam tangannya dan berkata
“Bunda, aku mencintaimu!?“
Seperti Tuhan mencintaiku
Tc, 2007
—
Tingkah laku bulus seorang teman tak tahu terimakasih
TIPUANnya merobek darah cair yang mengental erat di tubuh si sakit
Kebodohannya menusuk kulit menembus tulang rapuh mahluk lemah
Bukan biadab atau pembantaian yang pernah ia lakukan
Layaknya pembual yang menjanjikan sejuta belas kasih
Senyumannya membakar raga yang kuat dibalik risau tersayat sakit
Kemunafikannya mendorong perasaan untuk menuntut dengan posisi lemah
Tanpa gairah jiwanya pergi menghiraukan kebaikan yang aku lakukan
Manusia waras yang bertindak seenaknya tanpa cinta kasih
Kenangannya membongkar keburukan perasaan lama yang meregang rasa sakit
Cerita sedihnya menginggalkan cibiran ibu mulia bertutur pasrah
Harapanku tidak akan pernah ada maaf dari Tuhan untuk hal yang ia lakukan
Tc, 2008
Ruru
Tubuhnya bulat, kakinya pendek, banyak lemak
“Ah … kamu gendut !!??“
Kata temannya ….
Setelah itu Ruru DIAM
Makanya banyak, rakus, seperti babi
“Ah … kamu maruk !!??“
Kata temannya ….
Setelah itu Ruru BERSEDIH
Hidungnya pesek, hitam, badannya bau
“Ah … kamu jelek !!??“
Kata temannya ….
Setelah itu Ruru MENANGIS
Ruru bertanya pada cermin
“Apakah aku buruk sekali?’’
Cermin berkata
“Kamu tidak buruk sama sekali!?’’
Ruru bertanya lagi
“Kenapa?’’
Cermin menjawab
“Karena DIAM, BERSEDIH dan MENANGIS …
bukan sebuah kesalahan seperti MENCACI !?’’
Ruru kebingungan
Lalu cermin berkata lagi
“Malaikat bisa tersenyum bila dicaci!?’’
“Manusia berhati Malaikat bisa menangis tanpa mencaci’’
Tc, 2007
Kuda Jantan
Di penggalnya kepala anak lelaki usia enam namun tidak mati
Mata si penari menatapku nanar lalu aku lari
Firasatku berkata setelah ini aku yang dipenggal tapi mati
Kakak lelaki celingak-celinguk mencari-cari
Aku terus berlari untuk menyelamatkan diri
Kuda jantan mengejarku dengan empat kaki
Masuk rumah sambil menangis tak berhenti
Paman memakan mie lalu berdiri
Aku ke kolong, memeluk kaki untuk bersembunyi
Kuda jantan mengikik seram di siang hari
Penari pembawa cambuk mengintip pagar untuk mencari
Kuda jantan serupa angan-angan membuatku ngeri
Tc, 2007
Atas Nama Cinta
Jari tangannya tergenggam enam kali
Enam lelaki telah menggenggam jari tangannya
Keningnya terusap lima kali
Lima lelaki telah mengusap keningnya
Bibirnya terkecup empat kali
Empat lelaki telah mengecup bibirnya
Tubuhnya tersentuh tiga kali
Tiga lelaki telah menyentuh tubuhnya
Kesuciannya terurai dua kali
Dua lelaki telah mengurai kesuciannya
Hatinya terikat satu kali
Seorang lelaki telah mengikat hatinya
Tc, 2006
Sahabat
Johaness bertanya “Dul, dimana tinggalnya Tuhan ?”
Abdullah menjawab “di dalam Jo !?’’
Johaness bertanya “bukan di atas ?”
Abdullah menjawab “bukan Jo !?”
Johaness bertanya “Dul, dimana malaikat dan bidadari?”
Abdullah menjawab “di dalam Jo !?’’
Johaness bertanya “bukan di atas ?”
Abdullah menjawab “bukan Jo !?”
Johaness bertanya “Dul, dimana letak surga dan neraka ?”
Abdullah menjawab “di dalam Jo !?”
Johaness bertanya “bukan di atas ?”
Abdullah menjawab “bukan Jo !?”
Johaness bertanya, “apa yang ada di atas?”
Abdullah menjawab “langit dan hiasannya!?”
Johaness bertanya lagi, “apa yang berada di dalam?”
Abdullah menjawab “semua jawaban dari segala pertanyaan !?”
Johaness tersenyum
Abdullah tersenyum
Mereka berkata :
“Apa yang ada di atas, simpan di dalam dan percayalah”
“Sahabat”
Tc, 2006
Kisah Kasih
Mengayuh sepeda di tikungan menanjak
Bapak … Bapak … Hati hati jalannya !!??
Sapa gadis kecil berparas lucu
Bapak tersenyum di antara keringat peluh
Satu demi satu berputar pedal bergantian
Bapak … Bapak … Awas ada batu !!??
Tegur gadis kecil sekali lagi
Bapak menoleh tapi terjungkil
Awas nak !!! Awas nak !!!
Gadis kecil menyebrang jalan
Ada batu besar katanya …
Bapak merintih memeluk gadis
Kepala Bapak terseret roda
Gadis kecil menatap bingung
Bapak tersenyum dipeluh darah
Gadis kecil menangis isak
Mengangkat serpihan sepeda Bapak
Gadis kecil cepat berdiri
Singkirkan batu lalu pergi
Tak menoleh ke belakang
Sampai roda mengganti pedal
Tc, 2006
Muda Mudi Masa Kini
Gadis kota berlenggok manis
Mata terbuka mimiknya sinis
Rambut digerai badan semapai
Uang disemai senyum gemulai
Pemuda kota bergaya necis
Berjalan bangga mengerut halis
Harta permai dompet menjuntai
Berkata santai menjamah lihai
Tc, 2006
—
Awan-awan cakrawala
Perisai mega warna persada
Bingkaian manis air surga
Jejak kecil bersuka mesra
Burung-burung terbang senja
Lukisan Esa mengangkasa
Wangi semerbak bunga-bunga
Sabda-sabda pujangga cinta
Indahnya hamparan dunia
Merasuk hati tulang raga
Bukan hidup tanpa terang
Bukan mentari yang menghilang
Bukan suara pergi datang
Hanya harap baynang-bayang.
Tc, 2005
Papa
Tertawa di pangkuan lelaki tinggi besar sedikit tampan berkulit hitam, kata mamaku
Rambut galing, kebanggaan fisik ciri khas ketampanan pria-pria zamam dulu
Pintar memutar orak memainkan jemari kasat di atas papan kotak-kotak berbahan kayu
Melangkah tegap mengepal mantap di dunia silat ia berguru
Mengayun pukulan ke atas meja ber-net menjadi juara kebanggaan tanpa ragu-ragu
Papa,
Mata yang tegas menatap marah namun hatinya lemah
Menjadikanku puteri manja yang selalu ia puja tanpa menyerah
Gadis tercantik yang tumbuh di pinggiran kota yang masih ramah
Membelai rambut menyisir kusut selagi basah
Mencintai dengan sabar suka bernyanyi walaupun hambar
Ototnya masih tegap namun perutnya sudah membesar
Masa muda dengan cobaan membawa keluarga ke dalam tegar
Menjadikan sang puteri kecil menjadi bidadari pintar
Melihatku dewasa adalah harapannya
Mengharap agar suatu hari ada sosok pengganti yang bisa menjaga
Mengharumkan si kecil yang manja menjadi wanita bahagia
Tanpa papa disamping sangkarnya
Sepecial for Alm. Papa
Tc, 2004
—
Cinta yang kurasakan seperti sia-sia
Api yang terang dan menyala sudah hampir padam
Kurasa percuma saja aku lanjutkan
Bongkahan batu es tak pernah akan mencair
Api dari lilinku menghangatkan hati orang asing
Kekecewaanku tak habis karena kemunafikan yang menyilaukan
Semua kebohonganku lenyap tak berujung
Pengorbananku terlihat merugikan
Seandainya dulu tak pernah ada Aku
Sekarang tentu jalanku pasti
Andai nanti kesombongan terkikis
Aku akan tetap seperti ini
Siapa bilang tida ada kata terlambat?
Kenyataannya memang sudah terlambat!
Tc, 2003
—
Jangan telepon Aku!
Sekarang sudah jam satu!
Ini malam Senin, Aku capek!
Kalau kamu temanku,
Kamu bisa sudi menahan amarahmu!
Jangan telepon Aku!
Sekarang sudah jam sati!
Aku mau tidur dulu!
Makilah Aku dalam mompimu!
Jangan telepon Aku!
Sekarang sudah jam satu!
Besok Aku tunggu kamu!
Jangan lupakan hadiah kecilmu!
Tc, 2003
Hujan di Tanah Mimpi
Mengingat lusuhnya hariku siang itu
Jadi buta mata batu, tak putih lagi
Terpukul hatiku karena corak yang rusak
Dipayungi plastik bening menembus kulit
Tanpa kusadar Aku punya kesal
Mendalam penuh kepalan dendam
Yang hampir mendadak, meledak, buyar
Karena kebodohan ingin melonjak pesat
Aku luluh dan patah pada Dewa Cinta
Sore itu kepalaku mulai terbuka
Tersenyum menoleh lekuk mentari
Dihiasi hujan yang membawaku pulang
Tc,2003
Ikan
Meluap-luap mulut kecilnya
Mengejar benda bulat yang dianggapnya lezat
Dalam air terkurung tidak bebas
Berlari dan berjalan menggapai sinar
Tak pernah datang kepedihan
Karena ia sebuah penggembira
Melihatnya orang bisa tertawa
Kepuasan karena gerakannya
Andai ia mati, ia tidak berdosa
Tuhan punya istana untuknya
Akuarium kaca dengan air surga
Hampa tanpa gangguan malapetaka
Tc, 2003
—
Jangan ketawa di depanku!
Aku sedang kesal!
Tanganku bisa jadi batu penghancur!
Kalian itu tikus-tikus kecil!
Pemakan makanan sampah!
Aku bilang, JANGAN KETAWA DI DEPANKU!
Ake sedang kesal!
Telingamu telinga karet ya?
Darahku tidak merah
Tapi MENDIDIH!
Mudah saja aku merebus tikus-tikus sampah!
Heei… BODOH!
JANGAN KETAWA DI DEPANKU!
Aku sedang kesal!
Euuuuuuggghhhhhhh!!!
MATI KAMU!
Aku akan cuci tangan!
Tc, 2003
—
Hari ini Aku hanya dapat BENCI
Benciku bencimu
Norma baikku hilang karena ulahmu
Apa Aku salah?
Aku hanya ingin salurkan perasaanku!
Tapi Aku tak tau
Aku tidak bisa membenci sebuah BENDA MATI
Percuma saja Aku kesal
Toh…
Dia tidak akan menyentuh hatimu!
Heh, BENDA DIAM!
Kamu anggap Aku siapa?
Memangnya Aku bisa membencimu?
Aku ingin pecahkan batu ke kepalaku
Biar kamu hidup Aku MATI!
Kamu kan BENDA MATI!
Kamu kan ingin Aku MATI!
BODOH!
Mana bisa begitu?
Sudahlah…
Kamu saja yang hidup!
Aku tidak akan mengganggumu!
Biar kamu tau
Aku akan JATUH!
Sudahlah
Nikmati saja HIDUPmu!
Tc, 2003
—
Ketika roda mulai lelah
Dia tak akan pernah berkata lelah
Kusirnya diam saja
Kudanya lari saja
Karetku telah lepas, katanya…
Batu kerikilnya keras sekali!
Aku ingin berhenti verputar sekali saja!
Daun-daun kuning telah jatuh hari ini
Tanda tua telah terlihat karena rapuh
Angin putih menyelinapkan sedikit debu di mataku
Karetku sudah benar-benar rusak
Perjalananku masih jauh
Dapatkah aku melihat mentari tenggelam sore ini?
Nampaknya aku berhenti disini saja
Aku ingin begini saja
Jika aku boleh bicara…
Aku hanya ingin bicara
Agar kudaku dapat membimbing kusirku
Untuk terus berlari
TANPA AKU!
Puisi ini special buat Alm. Arif (Susi)
Tc, 2003
—
Malam ini kamarku sepi
Tanpa hiasan merona di dinding kelabu
Dengan lolongan anjing dan tatapan burung hantu
Dingin kehilangan akar bulan
Semut kecil beriring di lantai pucat
Menggigil bibirku tak bicara
Lilin mati mengikuti hati
Deringan melodi digugah duri
Mataku tertutup terbelalak
Mengguncang bangunan kokoh di seberang rumah
Dua bola melihat bayangan panjang
Secercah sinar datang mengguncang tirai
Aku hanya dapat terdiam
Menggores air mata
Melegakan segumpal darah penuh masalah
Dengan penuntasan yang tak lelah
Tc, 2002
—
Seorang tak pernah melihat mata hati
Membiarkan dirinya penuh benci
Karena cinta yang bisu dan kisah yang sendu
Caha-Nya telah padam
Banyak kawan tapi ia diam
Semua mungkin tak berarti
Dia tidak mengerti
Mengapa semua berubah?
Tak ada lagi tawa dalam hati yang gembira
Ia selalu berharap dan menatap
Ke langit yang jauh
Agar Malaikat turun menjadi “Sahabat“
Dan bisa membuatnya bahagia
Tc, 2002
—
Ada sebuah rahasia yang kusimpan
Tentang hidup seorang anak manusia
Yang menyatu di hatiku dan kisahku
Berjalan dengan penuh diam
Melangkah dengan kaki patah
Merangkak menahan perih
Karena cintanya hilang
Tak bertujuan ia berharap
Untuk seseorang yang beku dan terlalu kaku
Hanya inilah yang dapat kuungkapkan
Sebuah tulisan untuknya
Yang tidak pernah bisa ia mengerti
SEBELUM AKU MATI!!!
Tc, 2002
—
Buah yang tak pernah berubah
Manis yang tak pernah terasa
Pahit yang selalu mencekik
Membuat leherku pegal, sakit dan panas
Aku ingin hancurkan bayanganmu
Biar tertabrak kebencian
Dan Aku bisa bebas tertawa
Tanpa kehancuran
Tc, 2002
Setitik Anugerah
Dalam sebuah kotak korek api
Terkandung seribu mata
Dalam sebatang korek api
Mengandung kehidupan dan keindahan
Dalam serbuk arang sebatang korek api
Melewati ribuan rasa syukur manusia
Melewati dahaga dan tak’kan mati rasa
Tc, 2001
Samaran Bidadari
Dalam diamku demi kamu
Dalam tawaku demi kamu
Dalam marahku demi kamu
Dalam ucapku demi kamu
Dalam hatiku demi kamu
Sampai kapanpun kamu tak’kan tau
Putus asamu kekhawatiranku
Aku tetap akan bisu
Diam karena indah di hatiku
Tertawa atau terluka aku tak mampu
Tc, 2001
Pelangi
Pelangi warna warni
Sampai saat itu warnanya tak juga pudar
Namun kini…
Ragamnya tak kulihat nampak sesering dulu
Hanya tujuh yang termasyur
Mereka selalu memahkotakan langit biru
Semua menjadi satu
Putih…
Dan tak akan pernah menjadi kelabu
Tc, 2001
Cinta Selamanya
Pohon sahabat abadi
Tanah sahabat abadi
Air sahabat abadi
Langit sahabat abadi
Matahari sahabat abadi
Semua akan musnah setelah atau ketika bersamamu
Semua akan hilang setelah atau ketika bersamamu
Tetapi TIDAK
Jika kamu mencintai sahabat abadimu
Semua akan berada di depanmu
Dan benar-benar menjadi sahabat abadimu
Tc, 2001
Yang Terdekat
Pecahan kaca berkeping-keping
Kekuatan mata tak bisa membuat utuh
Gulungan hati kusut seperti temalin gangsing
Wajahku merah seperti disepuh
Bicaralah pada mata dalam hatimu
Disana ada segala keutuhanmu
Lakukanlah jika kau mau
Ia tak akan membawamu pada ragu
Tc, 2001
Harapan kecilku
Ada bayangan seperti teman?
Ada teman seperti bayangan?
Apakah mungkin bisa kuraih harapanku?
Yang tak nyata percayalah!
Berharap tak ada salahnya
Bersabar tak ada ruginya
Maka berharaplah!
Maka bersabarlah!
Soatu saat akan ada keheranan
Sekali atau seribu kali kerutan dahi
Teman atau bayangan itu akan datang!
Agak susah dimengerti!
Percayalah pada hati!
Suatu hari? Ah… mungkin seribu kali atau lebih!
Tc, 2001
Bisa!
Jangan melangkah terlalu jauh!
Jangan memvonis terlalu kejam!
Jangan berharap terlalu penuh!
Jangan melayang terlalu tinggi!
Atur otak dengan fakta!
Jangan kalah oleh tipuan!
Dunia adalah nyata!
Bukan khayalan!
Maka jalanlah sekarang juga!
Mumpun masih ada teman!
Tc, 2001
… !
Aku ingin menyapamu
Aku suka menyapamu
Aku ingin dekat kamu
Aku suka dekat kamu
Aku ingin nikmati hari ini
Aku suka hari ini
Aku tidak ingin sementara
Aku suka selamanya
Aku cinta dunia
Kamu
Dan ….
Duniaku
…!
Tc, 2001
Yang Tersembunyi
Kita bisa berdiri tegak
Jika tidak menderita dan bisa tersenyum
Kita menginjak yang baik
Dan tidak pernah sadar akan jasanya
Kita selalu egois dan hanya menyiksa
Tapi… Apa salah kita?
Dunia sudah semestinya!
Takdir tak terganti!
Kita akan tetap menginjak dan tak mengingat jasanya!
Kita akan senang karenanya!
Kita akan selalu menyiksanya!
Dia tidak menangis!
Dunia akan setuju
Takdir sulit dimengerti!
Tc, 2001
Jalan Pintas
Bulat itu sebuah bentuk
Masuklah dalam permainanku
Berlari dan keluarlah
Jika jatuh kembalilah
Dalam bulatan bangun di depanmu
Yang pertama berhati-hatilah
Kamu tidak akan tersandung dan jatuh
Tc, 2001
Jangan Cuma Protes!
Hargailah dinamika
Hargailah kedamaian
Demi kamu dan bukan untuk siapa-siapa
Omong kosong jika hanya bicara
Konflik akan selalu ada
Mengertilah keadaan
Jangan MARAH!
Lihat sekitar!
Dan berfikirlah lebih logis dari sekarang!
Tc, 2001
HEBAT
Kamu seperti orang baik
Apa kamu baik?
Mengapa kamu selalu tertawa?
Semua orang melihat hidungmu!
Menunjukmu dengan menyeramkan!
Kamu hanya tersenyum
Dan menebar air di atas api!
Siapa Kamu?
Kamu siapa?
Bisa apa kamu?
Kamu bisa apa?
Tunjuklah!
Semua sudah ditunjukan!?
Tc, 2001
puisi “Jangan Cuma Protes!” bagus juga
puisi itu yang bagus menurut Zul, bermakna wawasan yang luas dan tidak berpikiran picik, selalu melihat dari kompleksitas berpikir, bukan berdasarkan pemikiran sempit
Zul suka cara berpikir… siapa? … Tcamy? artinya apa, sih?
ini puisi mayoritas dibuat tahun 2001, sepertinya masih banyak, nih… delapan tahun berlalu, mungkin sudah menggunung. sudah ada antologinya, ndak?
zulhiy - April 29, 2009 pukul 07:30 p04 |
Thanks ya Zul… ia itu Puisi dari gue kelas 1 SMA….
^^
Tcamy - April 29, 2009 pukul 07:30 p04 |
produktif banget lo Mi!!
ga nyangka gw bisa berpuisi juga!!
tapi no comment ah kalo nilai puisi2 lo,
otak gw ga nyampe buat nilai tulisan macam PUISI ini, abstrak abstrak!!
frau ike - April 17, 2009 pukul 07:30 p04 |